15 Desember 2009

Aang Sang Avatar, Naruto, dan Asal Muasal Personality Plus

Personality Plus oleh Florence Littauer merupakan salah satu referensi yang lumayan populer, termasuk di Indonesia. Saya sendiri mulai mengenal model profiling (pengelompokan berdasarkan kriteria tertentu) ini sejak lebih dari 10 tahun yang lalu dan telah merasa cukup efektif dalam memanfaatkannya.

Saya kira banyak di antara kita yg masih bertanya-tanya; cukup valid kah sebenarnya model profiling ini? Ini ada karena hasil riset atau gimana? Ilmiah apa nggak sih? Siapa sih yg menciptakannya?

Personality Plus adalah brand yang dimiliki dan dipopulerkan oleh Florence Littauer melalui bukunya yang berjudul Personality Plus. Saya akan menggunakan istilah itu untuk mengacu pada teori kepribadian dan temparemen.

Asal Muasal Personality Plus

Adalah Hiprocrates (460-370 S.M.) yang dikenal sebagai orang yg mempopulerkan model profiling ini untuk pertama kalinya. Dia menyatakan bahwa bahwa kesehatan dan karakter kita didasarkan atas keseimbangan empat jenis cairan tubuh; darah merah, phlegm (respiratory secretions), yellow bile / empedu kuning dan black bile / empedu hitam. Setiap temparemen merupakan hasil atau akibat dari jumlah satu cairan tubuh yang lebih banyak ketimbang yang lain.

  • Predominan darah merah ketimbang yg lain menghasilkan tubuh yg bersifat sanguine.
  • Predominan empedu kuning menyebakan tubuh yg bersifat koleris.
  • Predominan empedu hitam menyebabkan tubuh yg bersifat melankolis
  • Predominan cairan pernafasan menyebabkan tubuh yang bersifat phlegmatis

Personality Plus dalam Islam

Adalah Ibnu Sina (980-1037) – seorang dokter sejak 16 tahun, yg juga adalah pionir di bidang pengobatan psikofisiologi dan psikosomatik – yang mengembangkan teori Hippocrates sehingga meliputi aspek emosional, kapasitas mental, perilaku moral, self-awareness, pergerakan dan juga mimpi. Ilmuwan yg memiliki prinsip “I prefer a short life with width to a narrow one with length” ini menuliskan perihal tersebut semisal dalam bukunya yang termasyhur The Canon of Medicine. Buku itu adalah yang menjadikan Ibnu Sina disebut sbg pencetus pertama teori psikoanalisa abad 20.

Dalam Al Qur’an, Tuhan mendeskripsikan manusia sbg yg tercipta dari air (As Sajdah; 32:8) yang memiliki sifat dingin & basah; bumi (Al Imron; 3:59) yang memiliki sifat dingin dan kering; tanah liat mentah (raw clay) (Al A’raaf; 7:12), yang memiliki sifat panas & basah; dan juga tanah kering spt tembikar (sounding clay) (55:14), yang memiliki sifat panas dan kering. Jika saja saya paham bahasa arab, tentu saya akan bisa menjelaskan arti jelas tiap kata yg jadi referensi tsb.

Meskipun Tuhan telah menciptakan setiap manusia dengan keempat elemen tersebut, namun hasil penelitian para praktisi kesehatan menunjukkan bahwa setiap orang biasanya memiliki sebuah elemen yang dominan. Istilah panas dan dingin ini kemudian juga banyak ditemukan di hadits dalam konteks penyebutan sifat makanan. Segala informasi ini kemudian dijadikan dasar bagi ilmuwan muslim seperti Ibnu Sina untuk mengembangkan ilmu kesehatan berbasis keunikan temparemen.

Secara mendasar, Ibnu Sina menggolongkan tipe temparemen menjadi empat:

  • Sanguinis yang dicirikan oleh sifat panas & lembab (hot & moist)
  • Koleris yang dicirikan oleh sifat panas & kering (hot & dry)
  • Melankolis yang dicirikan oleh sifat dingin & kering (cold & dry)
  • Phlegmatis yang dicirikan oleh sifat dingin & lembab (cold & moist)

Dalam perkembangannya, Ibnu Sina lalu menggambarkan atau mensimbolkan karakteristik temparemental dari dingin, panas, lembab dan kering dalam bentuk istilah elemen Tanah, Api, Air, dan Udara. Belakangan ini kita kemudian mendengar, hanya Sang Avatar saja lah yang mampu menguasai keempat elemen Ibnu Sina tersebut; hanya dia yang bisa menghentikan Bangsa Api yang kejam dari penguasaan atas dunia. Oleh karena itu lah maka dunia berharap pada Aang, the last airbender :mrgreen:

Aang Sang Avatar dan Asal Muasal Personality Plus
Dan Aang yg kekuatan elemen dasarnya adalah udara ternyata memang seorang sanguinis, bukan? :-)

  • Sanguinis – Elemen Udara
  • Koleris – Elemen Api
  • Melankolis – Elemen Bumi
  • Phlegmatis – Elemen Air

Familiar dengan futon rasenshuriken nya Naruto? Naruto adalah pemegang elemen Angin (futon) yang katakanlah juga bisa disebut elemen udara. Dang, Naruto yang super rame ternyata memang seorang sanguine tulen. Dan lantas bagaimana dengan Sasuke yang selalu bersikeras dg caranya sendiri, yakni sang koleris? Well, lihat saja jutsu Sasuke; Katon, Goukakyu no Jutsu atau Katon, Housenka no jutsu . Well, ternyata dia memang pemegang elemen api :cool: Sementara Yamato -guru Naruto sbg pengganti Kakashi- dengan Mokuton ability-nya mampu menggunakan elemen Air dan Bumi. Dia ndak rame kayak Naruto. Karena elemen karakternya adalah Melankolis Phlegmatis :wink:

Naruto sanguinis dan asal muasal personality plus Sasuke Koleris dan asal muasal personality plus

Lebih jauh lagi, Ibnu Sina juga mensimbolkan empat temparemen dalam bentuk musim. Namun bukan sekedar mensimbolkan, namun Ibnu Sina juga mengungkapkan bahwa kesehatan pemilik temparemen tertentu dipengaruhi oleh musim tsb.

  • Sanguinis – Spring / musim semi
  • Koleris – Summer / musim panas
  • Melankolis – Autumn / musim gugur
  • Phlegmatis – Winter / musim dingin

Ilmuwan muslim lain yang menggunakan teori temparemen ini adalah Abu Bakar Muhammad Zakariyya Al Razi (865 SM), Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (1292), dan juga Al Jalalu’d-Din Abdur Rahman Ibnu Bakar as-Suyuti (1445). Kesemuanya berbicara banyak tentang temparemen dan bagaimana para praktisi bisa menyembuhkan mereka yang sakit dg menyeimbangkan temparemen.

Pada zaman Nabi Muhammad SAW sendiri model pengobatan berbasis temparemen juga populer dilakukan. Metode pengobatan yg disebut di hadits seperti bekam/cupping (medical practice in which a cupping glass was used to increase the blood supply to an area of the skin) dan cautery (the process or action of sealing a wound or destroying abnormal or infected tissue by burning) juga disebut sebagai metode untuk mengembalikan keseimbangan berbasis model temparemen.

Personality Plus di dunia barat

Sebagian besar orang barat awalnya susah untuk menerima sistem pengobatan berbasis temparemen ini karena mereka selalu terpaku pada prinsip “everyone must be the same to be equal or right”. Para penulis Kristen yang mengeksplorasi sistem temparemen ini pun kebanyakan ditolak oleh pihak gereja yang menolak ajaran2 yang berasal selain dari Bibble mereka. Namun dengan sekularitas yang kian merebak, kian banyak lah ilmuwan dan penulis barat yg mengeksplorasi dan mempopulerkan gagasan yang dimatangkan oleh Ibnu Sina ini.

Dalam perkembangannya,model personality disebut dipengaruhi oleh neurotransmitter dari sistem simpatetik dan para simpatetik.

  • Noradrenaline. Neurotransmitter ini secara otomatis membuat badan bersemangat dan membuat diri ndak bisa diam.
    • Sanguine (Dopamine). Sebabkan seseorang punya keinginan besar untuk having fun.
    • Choleric (Adrenalin). Sebabkan seseorang punya keinginan besar untuk merampungkan tugas dg cepat. Workaholics.
  • Acetylcholine. Neurotransmitter ini secara otomatis menenangkan tubuh.
    • Melancholy (Oxytocin). Sebabkan seseorang punya keinginan besar untuk membangun relationship atas dasar trust.
    • Phlegmatic (Serotonin). Sebabkan seseorang punya keinginan besar untuk slow down, fokus dan merasa tercukupi.

Snoopy sanguinis dan asal muasal personality plusSehingga penulis2 barat pun kemudian mengembangkan teori ini bukan hanya dalam konteks pengobatan namun juga pengembangan karakter diri. Penulis2 itu semisal adalah Tim LaHaye, (Spirit-Controlled Temperament (1967); Transformed Temperaments (1971); dan Why You Act the Way You Do (1984)), lalu juga Charles Stanley, Larry Burkett, John G. MacArthur, dan tentu saja Florence Littauer, penulis buku Personality Plus.

charlie phlegmatis dan asal muasal personality plusBahkan Winnie The Pooh juga menggunakan model temparemen ini untuk menggambarkan tokoh-tokohnya. Pooh adalah melankolis, Rabbit adalah koleris, Tigger adalah sanguinis, dan Eeyore adalah phlegmatis. Dalam Charlie Brown comic strip; Lucy adalah seorang koleris, Snoopy adalah seekor sanguinis, Charlie Brown adalah seorang phlegmatis, dan Linus adalah seorang melankolis. Novel The Celestine Prophecy oleh James Redfield dan juga Who Moved My Cheese oleh Spencer Johnson, M.D. juga menggunakan sistem ini dalam menggambarkan watak dan tokoh dalam tulisannya.

Referensi:

sumber: http://akhmadguntar.com/wawasan/aang-sang-avatar-naruto-dan-asal-muasal-
personality-plus/

Personality Plus

oleh: Nilna Iqbal

Tiap saat kita berhadapan dengan bermacam-macam situasi. Terutama ketika berhubungan dengan orang lain.

Sebagai pemimpin, mengertikah kita bagaimana cara `membakar’ motivasi para pegawai kita? Sebagai ibu, kita sering bingung nggak habis pikir plus pusing oleh watak keras kepala anak-anak kita?! Tak jarang pula, sebagai suami kita terus-terusan bertengkar sama istri yang padahal juga kita sayangi dan cintai?Adakah `zat kimia’ tertentu atau pola tertentu yang mempengaruhi sifat, sikap dan reaksi kita dan merasa dalam menghadapi berbagai situasi… sehingga kita bisa lebih berdamai dan mengerti mengapa semua reaksi itu terjadi? Bukankah akan lebih nikmat hidup ini kalau kita satu sama lain saling memahami?

Florence Litteur, penulis buku terlaris “Personality Plus” menguraikan, ada empat pola watak dasar manusia. Kalau saja semua sudah kita pahami, kita akan sangat terbantu sekali dalam berhubungan dengan orang lain.Kita akan jadi mengerti mengapa suami kita tiba-tiba marah sekali ketika meja kerjanya yang berantakan kita atur rapi. Kita juga akan mudah memahami mengapa pegawai kita gampang sekali berjanji… dan hebatnya dengan mudah pula ia melupakannya, “Oh ya, saya lupa”katanya sambil tertawa santai. Kita juga akan mudah mengerti mengapa istri kita nggak mau dengar sedikitpun pendapat kita, tak mau kalah,cenderung mempertahankan diri, selalu merasa benar dengan pendapatnya dan makin sengit bertengkar kalau kita mau coba-coba untuk mengalahkannya.

Yang pertama, kata Florence adalah golongan Sanguinis, “Yang Populer”. Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senangsekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.

Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin planning/rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.

Lain lagi dengan tipe kedua, golongan melankoli, “Yang Sempurna”. Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankoli cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.

Orang melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang `melankoli’ tak `kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankoli’ anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain.

Ketiga, manusia Koleris, “Yang Kuat”. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa sajaia `suruh’ melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy’ itu membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orangberusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban’ karakternya yang suka `ngatur’ dan tak mau kalah itu.

Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua”. Karena itu mereka sangat “goal oriented”,tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi…” maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah.

Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang Phlegmatis “Cinta Damai”. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.

Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah parapendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.

Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, “kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan”. Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, andaharus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.

http://nilnaiqbal.wordpress.com

26 Oktober 2009

Pelajaran Dari Keluarga Semut

Pukul 22.30 WIB, huh ... lelahnya. Seharian menyelesaikan pekerjaan kantor yang tak habis - habisnya. Kurebahkan tubuh di lantai depan televisi. Kubiarkan TV menyala untuk tetap menjaga agar aku tidak terlelap. Suhu yang sedikit panas memaksaku membuka kemeja dan membiarkan kulitku bersentuhan dengan sejuknya lantai.

"Aaauww ... brengsek!" gumamku tiba-tiba. Segera kutepis sesuatu yang menggigit lenganku hingga tampak titik hitam terjatuh ke lantai. Ternyata seekor semut hitam.

"Kurang ajar! Apa ia tidak mengerti kepalaku begitu penat dan tubuhku ini seperti mau hancur? Apa dia juga tidak tahu kalau aku sedang beristirahat?" pikirku seraya kembali merebahkan tubuhku. Tapi, belum sampai seluruh tubuh ini jatuh menempel lantai, "Addduuhhh!" Lagi - lagi semut kecil itu menggigitku. Kali ini punggungku yang digigitnya dan gigitannyapun lebih sakit.�Heeeh, berani sekali makhluk kecil ini," gerutuku kesal.

Ingin rasanya kulayangkan tapak tangan ini untuk membuatnya mati tak berkutik 'mejret' di lantai. Namun sebelum tanganku melayang, ia justru sudah mengacung - acungkan kepalan tangannya seperti menantangku bertinju. Kuturunkan kembali tanganku yang sudah berancang-ancang dengan jurus 'tepokan maut', kuurungkan niatku untuk menghajarnya karena kulihat mulutnya yang komat - kamit seolah mengatakan sesuatu kepadaku. Awalnya aku tidak mengerti apa yang diucapkannya, tapi lama kelamaan aku seperti memahami apa yang diucapkannya.

"Hey makhluk besar, anda menghalangi jalan saya! Apa anda tidak lihat saya sedang membawa makanan ini untuk keluarga saya di rumah ..." Rupanya ia begitu marah karena aku menghambat perjalanannya, lebih - lebih sewaktu punggungku menindihnya sehingga ia harus terpaksa menggigitku.

Akhirnya kupersilahkan ia melanjutkan perjalanannya setelah sebelumnya aku meminta maaf kepadanya. Susah payah ia membawa sisa - sisa roti bekas sarapanku pagi tadi yang belum sempat kubersihkan dari meja makan. Kadang oleng ke kanan kadang ke kiri, sesekali ia berhenti meletakkan barang bawaannya sekedar mengumpulkan tenaganya sembari membasuh peluhnya yang mulai membasahi tubuh hitamnya.

Kuikuti terus kemana ia pergi. Ingin tahu aku di pojok mana ia tinggal dari bagian rumahku ini. Ingin kutawarkan bantuan untuk membantunya membawakan makanan itu ke rumahnya, tapi aku yakin ia pasti menolaknya. Berhentilah ia di sebuah sudut di samping lemari es sebelah dapur. Di depan sebuah lubang kecil yang menganga, ia letakkan bawaannya itu dan kulihat seolah ia sedang memanggil � manggil semut-semut di dalam lubang itu. Satu, dua, tiga .... empat dan .... lima semut - semut yang tubuhnya lebih kecil dari semut yang membawa makanan itu berlarian keluar rumah menyambut dengan sukaria makanan yang dibawa semut pertama itu. Dan, eh ... satu lagi semut yang besarnya sama dengan pembawa roti keluar dari lubang. Dengan senyumnya yang manis ia mendekati si pembawa roti, menciumnya, memeluknya dan membasuh keringat yang sudah membasahi seluruh tubuh semut pembawa makanan itu.

Hmmm ... menurutku, si pembawa roti itu adalah kepala keluarga dari semut - semut yang berada di

dalam lubang tersebut. Kelima semut - semut yang lebih kecil adalah anak - anaknya sementara satu

semut lagi adalah istri si pembawa roti, itu terlihat dari perutnya yang agak buncit. "Mungkin ia sedang mengandung anak ke enamnya" pikirku.

Semut suami yang sabar, ikhlas berjuang, gigih mencari nafkah dan penuh kasih sayang. Semut istri

tawadhu' dan qonaah menerima apa adanya dengan penuh senyum setiap rizki yang dibawa oleh sang suami, juga ibu yang selalu memberikan pengertian dan mengajarkan anak-anak mereka dalam mensyukuri nikmat Tuhannya. Dan, anak - anak semut itu, subhanallah ... mereka begitu pandai berterima kasih dan menghargai pemberian ayah mereka meski sedikit. Sungguh suami yang dibanggakan, sungguh istri yang membanggakan dan sungguh anak-anak yang membuat ayah ibunya bangga.

Astaghfirullah ..., tiba - tiba tubuhku menggigil, lemas seperti tiada daya dan brukkk .... aku tersungkur. Kuciumi jalan - jalan yang pernah dilalui semut - semut itu hingga menetes beberapa titik air mataku. Teringat semua di mataku ribuan wajah semut - semut yang pernah aku hajar 'mejret' hingga mati berkalang lantai ketika mereka mencuri makananku. Padahal, mereka hanya mengambil sisa - sisa makanan, padahal yang mereka ambil juga merupakan hak mereka atas rizki yang aku terima.

Air mataku makin deras mengalir membasahi pipi, semakin terbayang tangisan - tangisan anak � anak dan istri semut - semut itu yang tengah menanti ayah dan suami mereka, namun yang mereka dapatkan bukan makanan melainkan justru seonggok jenazah.

Ya, Allah ... keluarga semut itu telah mengajarkan kepadaku tentang perjuangan hidup, tentang kesabaran, tentang harga diri yang harus dipertahankan ketika terusik, tentang bagaimana mencintai keluarga dan dicintai mereka. Mereka ajari aku caranya mensyukuri nikmat Tuhan, tentang bagaimana perlunya ikhlas, sabar, tawadhu' dan qonaah dalam hidup.

Hari - hari selanjutnya, ketika hendak merebahkan tubuh di lantai di bagian manapun rumahku aku selalu memperhatikan apakah aku menghambat dan menghalangi langkah atau jalan makhluk lainnya untuk mendapatkan rizki. Ingin rasanya aku hantarkan sepotong makanan setiap tiga kali sehari ke lubang - lubang tempat tinggal semut - semut itu. Tapi kupikir, lebih baik aku memberinya jalan atau bahkan mempermudahnya agar ia dapat memperoleh dengan keringatnya sendiri rizki tersebut, karena itu jauh lebih baik bagi mereka.

Sumber : milis IKA-Wutsqa